
Hey! Saya seorang pencerita yang senang bertutur lewat beragam medium, seperti karya tulis, foto, video atau pun bercerita lewat data.
Jurnalistik
Saya memulai karier sebagai jurnalis pada 2007. Tulisan saya telah terbit di beberapa media, seperti Area Magazine, Reader’s Digest Indonesia, Pesona, dan Detik.com. Beberapa di antaranya mendapat apresiasi, seperti dari Aliansi Jurnalis Independen dan Unicef, AMAN dan Indigenous Voices in Asia, juga Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Saya adalah Indonesian Emerging Writers di ajang Ubud Writers and Readers Festival 2013, dan mendapat fellowship dari Asia Pacific Journalism Centre di Melbourne pada 2014.
Audio-visual
Pada 2017 saya terjun ke ranah audio-visual. Saya terlibat dalam beberapa penulisan skenario, seperti Do[s]a dan Sembilan untuk Astro Malaysia, dokumenter Rumah Nusantara, juga audio-drama The Sacred Riana untuk Spotify Asia. Saya terpilih untuk mengikuti ajang Indonesiana Film 2022, program inkubasi kreator dari Kemendikbudristek bekerjasama dengan University of Southern California.
Buku
Beberapa karya tulis saya, telah dibukukan. Ada #Narasi: Antologi Prosa Jurnalisme, Through Darkness to Light, Hasil Karya Pemenang Lomba Jurnalistik Kemdikbud juga Cinta Dalam Kardus. Skenario film pendek saya bisa dilihat di buku Berita Proklamasi Kemerdekaan Di Indonesia. Sialnya, nama saya–entah kenapa–luput dicantumkan di situ. Ya, begitulah.
Berbagi
Saya senang berbagi pengalaman menulis (atau apapun!). Selain melalui inisiatif Kelas Mini (sesi belajar tulis-menulis gratis), saya pernah berbagi teknik penceritaan di beberapa lapak, seperti di Ditjen SDPPI, Akedemi Berbagi, Lingkaran, juga di Aliansi Jurnalis Independen.
AI & sains data
Pada 2022, gaung Artificial Intelligence sampai ke Indonesia. Saya suka sebal kalau ketemu model AI yang bahasa Indonesia-nya ngawur. Jadilah saya berkontribusi di Outlier, anak perusahaan Scale AI, untuk melatih model AI agar bisa bertutur dengan baik dalam bahasa Indonesia. Di masa ini saya jatuh cinta dengan data. Saya sadar bahwa bercerita lewat data ternyata sama asyiknya. Ide tentang DaTum tumbuh di masa ini.
Fotografi
Fotografi analog sungguh memuaskan hati. Saya pakai Minolta X-700 untuk sehari-hari, lalu menenteng Olympus Pen FT jika harus pergi ke pelosok yang susah film. Saya suka Superia X-tra 400 dan Kentmere Pan 400. Jepretan saya ada di @galerimonokromatik.